Assalamualaikum Wr. Wb.
Dari dulu, saya sangat menyukai sastra. Terlebih sastra indonesia. saya sangat suka menulis, terlebih seperti cerpen, kata-kata mutiara, ataupun puisi.
Nah kali ini saya akan berbagi sedikit tentang tulisan yang pernah saya buat.
Mohon maaf jika masih terdapat banyak kesalahan baik dari segi penulisan, makna dan sebagainya. Karena saya pun masih dalam proses belajar.
Terimakasih.
Semoga terhibur & termotivasi :-)
Kenapa kita perlu
menangis? Kenapa kita perlu jatuh berkali-kali lalu bangkit? Kenapa kita perlu
beristirahat sejenak lalu bergerak kembali?
Karena seperti halnya pagi, selalu ada malam. Seperti halnya siang, selalu ada sore. Seperti halnya
suka, selalu ada duka. Seperti halnya hujan, selalu ada pelangi. Karena tak
selamanya dalam hidup kau temukan selalu kebahagiaan, karena tak selamanya
dalam diam kau temukan ketenangan, karena tak selamanya dalam perjalanan kau
tempuh jalan yang lurus tanpa sedikitpun berbelok, karena tak selamanya kau
bisa kuat tanpa pernah kecewa, tanpa pernah gagal, tanpa pernah haru, dan tanpa
pernah salah.
Belajarlah memahami
walau terkadang kau sendiri tak mampu memahaminya. Belajarlah untuk tersenyum
walau terkadang bibir tak pernah ingin melekuknya. Belajarlah untuk
mengikhlaskan walau sebenarnya hati tak pernah rela. Belajarlah menerima walau sebenarnya
hati tak pernah mau. Belajarlah tentang hal yang sekarang kau tak pernah ingin
merasakannya. Karena hidupmu, karena hidupku, karena hidup kita semua bagai
misteri yang tak pernah dan tak akan bisa terungkap. Tak tahu kapan, tak tahu
apa, tak tahu bagaimana nanti, esok, lusa, dan selanjutnya.
Maka, Belajarlah.
Jika tak bisa padamkan
api, jangan menumbuhkan percik. Jika tak bisa membalas, jangan buat
berhutang. jika tak bisa menyelesaikan,
jangan memulai. Jika tak mampu memberi alasan, jangan membuat kesalahan. jika
tak bisa menepati, jangan berjanji. Dan jika kau ragu akan sesuatu jangan
pernah mencoba.
Banyak hal dalam hidup
ini yang tak pernah bisa dijelaskan oleh logika, banyak hal di dalam hidup ini
yang tak pernah bisa diterima oleh logika. Bahkan otak menolak mengaturnya, sedangkan tubuh menolak untuk memprosesnya.
Banyak hal dalam hidup ini yang tak pernah bisa dijelaskan hanya dengan
berucap, banyak hal dalam hidup ini yang tak bisa dijelaskan hanya dengan mata,
hanya dengan sikap, hanya dengan karakter, hanya dengan “sekedar mengenal/tau”
banyak hal di dalam hidup ini yang tak pernah bisa di selesaikan dengan
kata-kata, dengan kata “maaf” dengan perhatian, dengan nada-nada ringkih
ataupun keluh. Dari banyak hal, dari kebanyakan hal, dan dari ke semua hal,
hanya kesabaran yang menyelesaikan. Hanya keikhlasan untuk bersabar yang
menyelesaikan.
Saat kau jatuh,
terkadang kau hanya ingin melihat seorang yang dengan siap menangkapmu,
saat kau lelah terkadang kau hanya ingin
melihat seorang dengan penuh kesabaran menyemangatimu dengan penuh nada-nada
yang halus terucap, dan saat kau tak mampu lagi untuk berdiri tegak, terkadang
kau hanya ingin seorang untuk dengan siap mengulurkan kedua tangannya dan
menopangmu.
Banyak hal yang tak
dapat tersampaikan, banyak hal yang tak dapat ku katakan, banyak hal yang tak
dapat ku perjelas, tapi hanya mampu kau rasakan. Satu dari kesekian banyaknya
kata, aku ingin katakan satu entah untuk sekarang, entah esok, entah lusa,
entah nanti, atau selamanya, “aku sangat merindukanmu.”
F-E-B-R-U-A-R-I DAN KENANGAN
Bulan
ini memang tak sama seperti bulan ini ketika di tahun yang lalu. Ya, berbeda.
Sangat berbeda. Aku seperti dipaksa untuk menghapus luka, aku seperti dipaksa
untuk menghapus pedih, mengeluarkan jarum yang sudah tertancap terlalu dalam,
dan pergi dari sedih yang berkepanjangan. Hati tak pernah salah. Benar, hati
tak pernah salah. Tapi logika pun tak layak dipersalahkan. Lantas siapakah yang
seharusnya disalahkan dalam drama ini? Seorang pemainnya kah? Jika iya,
sebenarnya ia hanya mengikuti alur yang ada di dalam skenario. Lantas?
Sutradara kah? Tapi rasanya tak layak jika menyalahkannya dengan seringan ini.
Lantas? Siapa? Tak lain dan tak bukan, tak ada yang perlu dipersalahkan. Karena
konflik ini memang seharusnya ada di dalam drama ini, karena seharusnya sebuah
drama memang perlu menyuguhkan konflik yang rumit, agar terlihat selalu
menarik.
Egoiskah
aku jika menyalahkan waktu? Terlalu egoiskah aku jika menyalahkan takdir?
Tidak, takdir tak pernah salah. Mungkin benar, kita hanya ada di dalam
keurmitan suasana dalam waktu yang salah. Terkadang, hanya malam yang tahu
bagaimana sulitnya aku menahan sesak rinduku, bagaimana kuatnya kemauan hati
ini meletup-letup ingin mengulang. Benar, mengulang masa itu. Mengulang tahun
itu. Dan mengulang bulan ini. Tapi mataku harus terbuka lebar-lebar, bahwasanya
masa lalu adalah hal yang paling terjauh. Takbisa aku sampai dengan pergi
seberapapun lamanya, dan sehebat apapun kendaraan yang kupakai, tetap aku tak
akan pernah sampai. Tidak akan pernah. Karena dia terlalu jauh untuk diraih.
Terlalu jauh untuk diajak kembali.
Hidup ini seperti rubik. Perlu dan harus berputar. Mesti dan akan berputar. Tak akan jadi suatu permainan jika ia hanya berbentuk kubus yang disetiap sisinya sudah tersusun.
Layaknya rubik. Hidup berputar. Hidup bergeser. Bergeser ke atas, ke bawah, ke depan, ke belakang, ke kiri dan ke kanan. Disetiap putaran yang sama-sama kita lalui, akan sama-sama kita temukan betapa sulitnya agar semua tersusun, betapa sulitnya membuat agar semua sesuai.
Sama seperti hidup, disetiap pergeseran, disetiap putaran akan sama-sama kita rasakan, akan sama-sama kita lalui dan pahami bersama "Ini loh namanya perjuangan".
Seperti rubik, ia berwarna warni. Hidup pun berwarna warni. Ada yang putih, merah, kuning, hijau dan sebagainya.
Maka,
Jadilah seseorang yang tak hanya diam di tempat, tapi terus bergeser. Terus bergerak. Dan harus bergerak. Agar sama-sama kita temukan "Iniloh buah dari perjuangan". Terus bermimpi. Terus menggali. Allah me-ridhoi.
Hidup ini seperti rubik. Perlu dan harus berputar. Mesti dan akan berputar. Tak akan jadi suatu permainan jika ia hanya berbentuk kubus yang disetiap sisinya sudah tersusun.
Layaknya rubik. Hidup berputar. Hidup bergeser. Bergeser ke atas, ke bawah, ke depan, ke belakang, ke kiri dan ke kanan. Disetiap putaran yang sama-sama kita lalui, akan sama-sama kita temukan betapa sulitnya agar semua tersusun, betapa sulitnya membuat agar semua sesuai.
Sama seperti hidup, disetiap pergeseran, disetiap putaran akan sama-sama kita rasakan, akan sama-sama kita lalui dan pahami bersama "Ini loh namanya perjuangan".
Seperti rubik, ia berwarna warni. Hidup pun berwarna warni. Ada yang putih, merah, kuning, hijau dan sebagainya.
Maka,
Jadilah seseorang yang tak hanya diam di tempat, tapi terus bergeser. Terus bergerak. Dan harus bergerak. Agar sama-sama kita temukan "Iniloh buah dari perjuangan". Terus bermimpi. Terus menggali. Allah me-ridhoi.
0 komentar:
Posting Komentar