Rabu, 24 Februari 2016

Coretan Masa

Assalamualaikum Wr. Wb.
 Dari dulu, saya sangat menyukai sastra. Terlebih sastra indonesia. saya sangat suka menulis, terlebih seperti cerpen, kata-kata mutiara, ataupun puisi. 
Nah kali ini saya akan berbagi sedikit tentang tulisan yang pernah saya buat. 

Mohon maaf jika masih terdapat banyak kesalahan baik dari segi penulisan, makna dan sebagainya. Karena saya pun masih dalam proses belajar. 
Terimakasih.
Semoga terhibur & termotivasi :-)


Kenapa kita perlu menangis? Kenapa kita perlu jatuh berkali-kali lalu bangkit? Kenapa kita perlu beristirahat sejenak lalu bergerak kembali?
Karena seperti halnya pagi, selalu ada malam. Seperti halnya siang, selalu ada sore. Seperti halnya suka, selalu ada duka. Seperti halnya hujan, selalu ada pelangi. Karena tak selamanya dalam hidup kau temukan selalu kebahagiaan, karena tak selamanya dalam diam kau temukan ketenangan, karena tak selamanya dalam perjalanan kau tempuh jalan yang lurus tanpa sedikitpun berbelok, karena tak selamanya kau bisa kuat tanpa pernah kecewa, tanpa pernah gagal, tanpa pernah haru, dan tanpa pernah salah.
Belajarlah memahami walau terkadang kau sendiri tak mampu memahaminya. Belajarlah untuk tersenyum walau terkadang bibir tak pernah ingin melekuknya. Belajarlah untuk mengikhlaskan walau sebenarnya hati tak pernah rela. Belajarlah menerima walau sebenarnya hati tak pernah mau. Belajarlah tentang hal yang sekarang kau tak pernah ingin merasakannya. Karena hidupmu, karena hidupku, karena hidup kita semua bagai misteri yang tak pernah dan tak akan bisa terungkap. Tak tahu kapan, tak tahu apa, tak tahu bagaimana nanti, esok, lusa, dan selanjutnya.

Maka, Belajarlah.



Jika tak bisa padamkan api, jangan menumbuhkan percik. Jika tak bisa membalas, jangan buat berhutang.  jika tak bisa menyelesaikan, jangan memulai. Jika tak mampu memberi alasan, jangan membuat kesalahan. jika tak bisa menepati, jangan berjanji. Dan jika kau ragu akan sesuatu jangan pernah mencoba.
Banyak hal dalam hidup ini yang tak pernah bisa dijelaskan oleh logika, banyak hal di dalam hidup ini yang tak pernah bisa diterima oleh logika. Bahkan otak menolak  mengaturnya, sedangkan tubuh menolak untuk memprosesnya. Banyak hal dalam hidup ini yang tak pernah bisa dijelaskan hanya dengan berucap, banyak hal dalam hidup ini yang tak bisa dijelaskan hanya dengan mata, hanya dengan sikap, hanya dengan karakter, hanya dengan “sekedar mengenal/tau” banyak hal di dalam hidup ini yang tak pernah bisa di selesaikan dengan kata-kata, dengan kata “maaf” dengan perhatian, dengan nada-nada ringkih ataupun keluh. Dari banyak hal, dari kebanyakan hal, dan dari ke semua hal, hanya kesabaran yang menyelesaikan. Hanya keikhlasan untuk bersabar yang menyelesaikan.
Saat kau jatuh, terkadang kau hanya ingin melihat seorang yang dengan siap menangkapmu, saat  kau lelah terkadang kau hanya ingin melihat seorang dengan penuh kesabaran menyemangatimu dengan penuh nada-nada yang halus terucap, dan saat kau tak mampu lagi untuk berdiri tegak, terkadang kau hanya ingin seorang untuk dengan siap mengulurkan kedua tangannya dan menopangmu.
Banyak hal yang tak dapat tersampaikan, banyak hal yang tak dapat ku katakan, banyak hal yang tak dapat ku perjelas, tapi hanya mampu kau rasakan. Satu dari kesekian banyaknya kata, aku ingin katakan satu entah untuk sekarang, entah esok, entah lusa, entah nanti, atau selamanya, “aku sangat merindukanmu.”





F-E-B-R-U-A-R-I DAN KENANGAN

Bulan ini memang tak sama seperti bulan ini ketika di tahun yang lalu. Ya, berbeda. Sangat berbeda. Aku seperti dipaksa untuk menghapus luka, aku seperti dipaksa untuk menghapus pedih, mengeluarkan jarum yang sudah tertancap terlalu dalam, dan pergi dari sedih yang berkepanjangan. Hati tak pernah salah. Benar, hati tak pernah salah. Tapi logika pun tak layak dipersalahkan. Lantas siapakah yang seharusnya disalahkan dalam drama ini? Seorang pemainnya kah? Jika iya, sebenarnya ia hanya mengikuti alur yang ada di dalam skenario. Lantas? Sutradara kah? Tapi rasanya tak layak jika menyalahkannya dengan seringan ini. Lantas? Siapa? Tak lain dan tak bukan, tak ada yang perlu dipersalahkan. Karena konflik ini memang seharusnya ada di dalam drama ini, karena seharusnya sebuah drama memang perlu menyuguhkan konflik yang rumit, agar terlihat selalu menarik.

Egoiskah aku jika menyalahkan waktu? Terlalu egoiskah aku jika menyalahkan takdir? Tidak, takdir tak pernah salah. Mungkin benar, kita hanya ada di dalam keurmitan suasana dalam waktu yang salah. Terkadang, hanya malam yang tahu bagaimana sulitnya aku menahan sesak rinduku, bagaimana kuatnya kemauan hati ini meletup-letup ingin mengulang. Benar, mengulang masa itu. Mengulang tahun itu. Dan mengulang bulan ini. Tapi mataku harus terbuka lebar-lebar, bahwasanya masa lalu adalah hal yang paling terjauh. Takbisa aku sampai dengan pergi seberapapun lamanya, dan sehebat apapun kendaraan yang kupakai, tetap aku tak akan pernah sampai. Tidak akan pernah. Karena dia terlalu jauh untuk diraih. Terlalu jauh untuk diajak kembali.

           Hidup ini seperti rubik. Perlu dan harus berputar. Mesti dan akan berputar. Tak akan jadi suatu permainan jika ia hanya berbentuk kubus yang disetiap sisinya sudah tersusun.
Layaknya rubik. Hidup berputar. Hidup bergeser. Bergeser ke atas, ke bawah, ke depan, ke  belakang, ke kiri dan ke kanan. Disetiap putaran yang sama-sama kita lalui, akan sama-sama kita temukan betapa sulitnya agar semua tersusun, betapa sulitnya membuat agar semua sesuai. 
Sama seperti hidup, disetiap pergeseran, disetiap putaran akan sama-sama kita rasakan, akan sama-sama kita lalui dan pahami bersama "Ini loh namanya perjuangan".
Seperti rubik, ia berwarna warni. Hidup pun berwarna warni. Ada yang putih, merah, kuning, hijau dan sebagainya. 

Maka, 

Jadilah seseorang yang tak hanya diam di tempat, tapi terus bergeser. Terus bergerak. Dan harus bergerak. Agar sama-sama kita temukan "Iniloh buah dari perjuangan". Terus bermimpi. Terus menggali. Allah me-ridhoi.

0 komentar:

Posting Komentar