Minggu, 24 Januari 2016

Pidato

                                                             

                                                             Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Menengok sedikit ke belakang. Yaitu ke masa-masa SMP. Waktu duduk di kelas 9 bangku sekolah menengah pertama, saya pernah mendapat tugas untuk membuat pidato karangan sendiri.
Langsung saja, di bawah ini adalah pidato yang pernah saya buat sendiri.




Kunci Keberhasilan

Karya : Fitrah Anugrah Khairani

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Yang terhormat Bapak dan Ibu selaku guru pengajar kami dan kawan-kawan semua yang ku kasihi.

            Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadiran Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunianya kita dapat berkumpul di sini bersama-sama. Shalawat serta salam tak henti-hentinya kita  panjatkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW.

            Kawanku, aku tidak tahu seberapa banyak kata yang harus aku katakan, dan seberapa banyak makna dari apa yang akan aku sampaikan. Tapi di sini, aku mencoba untuk berbicara tentang hal yang benar-benar ingin ku bagi kepada kalian semua.

            Aku tahu betapa sulitnya menjadi seorang pelajar. Aku juga mengerti betapa lelahnya menjadi seorang pelajar, dan aku juga pahami betapa rumitnya menjadi seorang pelajar. Memang, semua memang terasa melelahkan terkadang menjenuhkan, dan tak jarang sangat membosankan. Tapi kawan, sebenarnya ada satu cahaya di dalam itu semua. Ada sebuah cahaya yang jauh di atas sana, sebuah cahaya yang sangat terang dan berkilauan. Tapi tidak dengan begitu mudahnya saja untuk dapat melihat cahaya itu, atau untuk dapat melewati cahaya itu. Kita benar-benar harus melewati lorong yang gelap, bahkan sangat gelap dan melangkah sendiri. Bahkan kita tidak tahu apa yang ada di dalam lorong yang gelap itu, atau apa yang akan terjai di lorong itu saat kita menjajakinya. Dan ku pastikan, kita akan membayangkannya terlebih dahulu sebelum melewati lorong itu, membayangkan segala kemungkinan buruk jika kita melewatinya.

            Tapi kawan, ingatlah itu hanya banyangan dalam fikiran dan imjinasi kita saja. Mungkin, kebanyakan dari kita, akan merasa takut untuk melewati lorong itu, tapi hei kawan ! itu hanya rasa takut yang besar dari bayangan kita, karena logikanya apa yang harus ditakutkan saat kita tidak mengetahui apa yang sebenarnya da di dalam sana, di dalam lorong gelap itu. Aku bertanya pada diriku sendiri di depan cermin itu, “Apa aku bisa menuju cahaya itu?” dan seketika hati dan keyakinanku mengatakan “Ya! Tentu kamu bisa!” dan ternyata kawan, rasa ketakutan itu memang benar-benar datang dari imajinasi atau bayangan kita sendiri.

            Kawan, aku tahu semua memang terasa sulit, sangat sulit. Tapi kawan, masing-masing kita diciptakan begitu istimewa dengan segala kelebihan dan potensi diri kita, jadi apa yang harus kita takutkan lagi? apa yang harus kita ragukan lagi?  bukan kita tidak bisa, tetapi kerena kita tidak ingin berusaha untuk meraihnya, karena kita hanya mencoba dua kali setelah gagal untuk pertama, bahkan kita tidak mencoba untuk ketiga, keempat, bahkan berkali-kali lagi untuk meraihnya. Dan ingatlah dalam hati kawan-kawan semua, “bahwa semakin tinggi pohon, maka semakin besar angin” ingatlah, bahwa semakin besar usia, maka semakin banyak rintangan. Tapi kawan, ingatlah bahwa setiap kerja dan usah keras, serta suatu hasil itu tidak pernah mengkhianati semua prosesnya.

            Kawan, kita dicipatakan dengan begitu banyak perbedaan, dengan begitu banyak kekurangan serta kelebihan, dan sebenarnya itu adalah agar dunia ini terasa berwarna. Si cerdas mengajarkan si malas, si baik menasehati si pemarah, itu hanyalah tanda kecil bahwa kita diciptakan memang untuk hidup saling berdampingan dan membutuhkan.

Jadi kawan, marilah kita saling merangkul, saling bahu-membahu, untuk bersama-sama nenatap serta melihat cahaya berkilauan itu. Karena tidak pernah ada yang tidak bisa ataupun sia-sia di dalam hidup ini. Semua ibaratkan bermain sepakbola. Kita berlari, kita merebut bola itu, kita berusaha keras untuk mendapatkan bola itu, dan tak jarang kita jatuh saat mengejar atau merebutnya. Tapi saat itulah untuk kita bangkit kembali untuk mengejar bola itu, sampai pada akhirnya kita berhasil memenuhi tujuan kita untuk memasukkan bola itu ke sebuah gawang. Dan seorang Lienel Messi, Christiano Ronaldo, David Bechkam itu bukanlah yang terbaik di antara semua, tapi mereka ialah yang selalu berusaha menjadi yang terbaik di antara semua yang baik.

Jadi kawan, marilah kita bersama-sama mengumpulkan bekal, bernebah, memperbaik diri, dan bersama-sama menggapai cahaya itu. Marilah kita bersama-sama berushaa menjadi yang berguna untuk pranglain, dan diri kita sendiri. Mari kita mengumpulkan do’a, dan restu dari masing-masing ayah ibu bersama-sama, karena niscaya itu adlah sebuah kunci penting dari keberhasilan.
Mungkin sekian pidato yang dapat saya sampaikan, akhir kata saya mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat banyak kesalahan, dan terimakasih atas segala perhatiannya.


Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Itulah pidato yang pernah saya buat sendiri. 
Terimakasih.
Semoga Bermanfaat.

0 komentar:

Posting Komentar